Senin, 06 April 2015

Penciptaan Hewan dan Tumbuhan Menurut IPA & Alquran

PENDAHULUAN
A.              Latar Belakang
            Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya untuk manusia agar mempercayai bukti kebesaran-Nya bahwa alam semesta ini memang ada yang menciptakan dan manusia wajib memanfaatkannya sebaik mungkin tanpa merusaknya. Dengan adanya hewan dan juga tumbuhan yang merupakan salah satu  makhluk ciptaan allah, hal ini lah yang menarik untuk diketahui bagaimana keajaiban penciptaanya menurut ilmu pengeahuan alam maupun menurut alquran.

B.        Rumusan Masalah
            Untuk memperkaya wawasan dan pemahaman tentang  keajaiban Penciptaan hewan dan tumbuhan  dalam Perspektif Islam, maka dapat disimpulkan beberapa pokok bahasan antara lain :
            1. Pengertian hewan dan tumbuhan ( makhluk hidup ).
            2. Teori-teori Penciptaan Hewan dan Tumbuhan ( makhluk hidup ).
            3. Karakteristiknya Hewan dan Tumbuhan (makhluk hidup).
            4. Pandangan Penciptaan Hewan dan Tumbuhan dalam Perspektif Islam     dan Sains Modern.
C.        Tujuan
1.                  Untuk dapat mengetahui keajaiban penciptaan hewan dan tumbuhan menurut ipa dan alquran.
2.                  Untuk dapat mengetahui apa saja karakteristik dan tujuan dari Penciptaan hewan dan tumbuhan.
3.                  Untuk dapat mengetahui Ayat-ayat apa saja yang mencakup penciptaan hewan dan tumbuhan.


PEMBAHASAN
A.                Pengertian Makhluk Hidup
            Suatu benda dinyatakan sebagai  benda hidup atau makhluk hidup bila memilki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Melakukan pertukaran zat atau metabolisme, artinya adanya zat yang masuk dan keluar.
·         Tumbuh, artinya bertambah besar karena pertambahan dari dalam dan bergerak.
·         Melakukan kepekaan terhadap rangsangan dan memberikan reaksi terhadap rangsangan itu.
·         Memiliki kemampuan mengadakan adaptasi terhadap lingkungan.[1]
            Dari ciri di atas, hewan dan tumbuhan juga digolongkan sebagai makhluk   hidup.
B.                 Penciptaan Hewan dan Tumbuhan Menurut IPA
Teori Asal-usul Kehidupan
Untuk mengetahui asal-usul kehidupan, para ilmuwan menyelidiki dan melakukan eksperimen. Selain penelitian, teori-teori dikemukakan oleh beberapa ilmuwan berdasarkan bukti-bukti yang ada.
1. Teori Abiogenesis
            Teori abiogenesis disebut juga teori generatio spontanea. Pokok dari teori ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda atau materi tidak hidup dan kehidupan terjadi secara spontan (generatio spontanea). Ilmuwan yang mengemukakan teori ini adalah seorang filsafat Yunani kuno, yakni Aristoteles (384–322 SM). Contohnya, seekor cacing yang keluar dari dalam tanah, maka cacing tersebut berasal dari tanah. Contoh lainnya, katak yang keluar dari lumpur, maka katak tersebut berasal dari lumpur.
2. Teori Biogenesis
            Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup lagi. Ketiga ilmuwan inilah yang  melakukan percobaan dan membuktikan teori biogenesis.
·         Percobaan Francesco Redi
           Redi melakukan percobaan dengan menggunakan daging segar dan dua toples. Toples pertama diisi dengan daging dan dibiarkan terbuka (tidak ditutup), sedangkan toples kedua diisi daging dan ditutup rapat. Setelah beberapa hari, di dalam toples yang terbuka terdapat larva. Redi berkesimpulan bahwa larva tersebut berasal dari lalat yang masuk ke dalam toples kemudian bertelur. Untuk meyakinkan kesimpulannya tersebut, Redi melakukan percobaan yang kedua. Kali ini toples ditutupi dengan kain kasa sehingga masih terjadi hubungan dengan udara, tetapi lalat tetap tidak dapat masuk. Setelah beberapa hari, didapatkan daging dalam toples tersebut membusuk, tetapi dalam daging tersebut tidak terdapat larva. Redi mengemukakan tidak adanya larva ini karena lalat tidak bisa menyimpan telurnya dalam daging. Oleh karena itu, Redi berkesimpulan bahwa larva lalat bukan berasal dari daging yang membusuk.
·          Percobaan Lazzaro Spallanzani
           Pada percobaan Spallanzani, digunakan air rebusan dari daging (air kaldu). Air kaldu tersebut dimasukkan ke dalam dua labu, kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan, labu I dibiarkan terbuka. Sementara itu, setelah air kaldu dalam labu II dipanaskan, labu kemudian ditutup rapat menggunakan gabus.
                        Setelah beberapa hari, air kaldu dalam labu I menjadi keruh dan      berbau busuk yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme.           Mikroorganisme tersebut berasal dari udara bebas yang masuk ke labu I             karena tidak ditutup. Pada labu II, ternyata tidak ada perbedaan dari          sebelumnya. Air kaldu tetap jernih. Jernihnya air kaldu ini disebabkan       tidak adanya udara yang masuk ke dalam labu
            Percobaan Spallanzani menunjukkan bahwa pada labu terbuka terdapat       kehidupan yang berasal dari mikroorganisme yang ada di udara. Pada labu           yang ditutup tidak terdapat kehidupan. Berdasarkan hal tersebut,          Spallanzani berkesimpulan bahwa kehidupan bukan berasal dari air kaldu,   tetapi berasal dari makhluk hidup lainnya. Akan tetapi, para penganut     abiogenesis menyanggah penelitian ini dan mengatakan bahwa             mikroorganisme tidak tumbuh karena tidak terdapat udara. Udara   dibutuhkan untuk menyokong kehidupan.
·         Percobaan Louis Pasteur
           Louis Pasteur adalah seorang ahli biokimia dari Perancis yang berhasil menumbangkan teori abiogenesis. Hasil percobaannya tidak dapat disanggah lagi oleh pendukung teori abiogenesis. Percobaan yang dilakukan Louis Pasteur ini sebenarnya penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan oleh Spallanzani. Pasteur menggunakan labu berleher seperti angsa dalam percobaannya Labu berleher seperti angsa ini diisi dengan air kaldu. Fungsi dari labu leher angsa ini adalah agar hubungan antara labu dan udara luar masih ada, artinya masih terdapat oksigen. Labu ini dipanaskan untuk mensterilkan air kaldu dari mikroorganisme. Setelah dipanaskan, labu kemudian didinginkan dan disimpan.
                        Setelah beberapa hari, ternyata air kaldu dalam labu leher angsa       tetap jernih, namun di bagian lehernya banyak terdapat debu dan partikel-  partikel, sedangkan di labu lainnya yang tidak berleher angsa, air kaldunya         mengandung mikroorganisme. Berdasarkan hasil percobaannya, Louis         Pasteur menyimpulkan bahwa mikroorganisme yang ada dalam air kaldu      bukan berasal dari air kaldu itu sendiri, melainkan dari mikroorganisme           yang ada di udara.
                        Hasil percobaan Louis Pasteur berhasil menumbangkan teori            abiogenesis. Dari hasil percobaannya, Pasteur mengajukan teori baru            tentang asal-usul kehidupan. Isi teori disebut menyatakan beberapa hal, di           antaranya omne vivum ex ovo , yakni setiap makhluk hidup berasal dari      telur, omne ovum ex vivo, yakni setiap telur berasal dari makhluk hidup,          dan omne vivum ex vivo, yakni setiap makhluk hidup berasal dari      makhluk hidup sebelumnya.[2]
3.  Teori Evolusi Kimia
            Sekarang, timbul pertanyaan, jika makhluk hidup berasal dari makhluk hidup, dari manakah asal mula makhluk hidup yang pertama? Untuk menjawab itu, muncullah teori evolusi kimia. Ilmuwan yang menyatakan teori tersebut adalah Harold Urey. Urey menyatakan bahwa pada periode tertentu, atmosfer bumi mengandung molekul metana (CH 4), amonia (NH 4), air (H2O), dan karbon dioksida(CO2).
            Karena pengaruh dari energi petir dan sinar kosmis, zat-zat tadi bereaksi. Hasil reaksi tersebut menghasilkan suatu zat hidup yang diduga virus. Zat hidup tersebut berkembang selama jutaan tahun membentuk makhluk hidup. Teori yang dikemukakannya tersebut, kemudian dikenal dengan teori Urey .
            Di alam nyata, reaksi kimia ini akan berjalan selama jutaan tahun sehingga dapat membentuk hasil yang lebih kompleks. Pada titik tertentu dari proses yang panjang ini, senyawa kimia dapat terbentuk dengan sendirinya. Jika pada proses membentuk diri ini terkadang terdapat kesalahan, senyawa kimia ini dapat menyesuaikan diri dan berevolusi melalui proses seleksi kimiawi. Jadi, kehidupan tidak terbentuk secara tiba-tiba melainkan timbul secara bertahap dari senyawa tidak hidup.
4. Teori Evolusi Biologi
            Alexander Ivanovich Oparin  mengemukakan bahwa seperti sebelumnya, zat anorganik berupa air, metana, karbon dioksida, dan amonia terkandung dalam atmosfer bumi. Zat anorganik tersebut membentuk zat-zat organik akibat adanya radiasi dari energi listrik yang berasal dari petir.
            Suhu di bumi terus menurun. Ketika sampai pada titik kondensasi, terjadi hujan yang mengikis batuan di bumi yang banyak mengandung zat-zat anorganik. Zat-zat anorganik tersebut terbawa ke lautan yang panas. Di lautan ini terbentuk sup purba atau sup primordial. Sup purba terus berkembang selama berjuta-juta tahun. Di dalam sup purba, terkandung zat anorganik, RNA, dan DNA. RNA yang dibutuhkan dalam proses sintesis protein dapat terbentuk dari DNA. Akibatnya, terbentuklah sel pertama. Sel pertama tersebut mampu membelah diri sehingga jumlahnya semakin banyak. Sejak saat itulah evolusi biologi berlangsung, kemudian munculah makhluk hidup makhluk hidup sebagai berikut:
a. Terbentuknya Makhluk Hidup Prokariotik
            Prokariotik merupakan bentuk kehidupan pertama dan paling sederhana. Prokariotik dianggap paling primitif, karena selnya hanya memiliki membran sel. DNA, RNA hasil transkripsi, dan molekul-molekul organik berada dalam sitoplasma tanpa dibatasi membran.



b. Terbentuknya Organisme Fotoautotrof
            Ialah suatu bakteri. Bakteri ini adalah Cyanobacteria pertama yang mampu membuat molekul organik dari air dan CO2. Cyanobacteria berkembang dan mengubah bumi dengan melepaskan O2 sebagai efek fotosintesis.
c. Bangkitnya Organisme Eukariotik
            Hal yang sangat membedakan eukariotik dengan prokariotik adalah adanya organel-organel yang memiliki membran. Berdasarkan teori ini, eukariotik berkembang setelah sel fotosintesis muncul dan oksigen melimpah di atmosfer. Sel eukariotik sekarang kita kenal dengan nama Protista.Makhluk hidup eukariotik banyak sel, seperti rumput laut, tumbuhan dan hewan kemungkinan berasal dari Protista yang berkoloni. Koloni Protista tersebut mengalami spesialisasi dan saling bergantung satu sama lain, namun semakin efisien dalam melakukan aktivitasnya. Hal ini terus terjadi hingga kehidupan memasuki daratan dan muncullah makhluk hidup banyak sel yang lebih kompleks.
5. Waktu Geologis
            Ada empat masa yang dikenal berdasarkan kehadiran makhluk hidup. Masa tersebut adalah proterozoik, paleozoik, mesozoik, dan senozoik.

a. Proterozoik
            Awal mula hadirnya kehidupan, masa ini ada sekitar 3,5 miliar tahun yang laludengan bukti adanya Sebuah fosil batuan pada masa ini, ditemukan mengandung fosil mikroorganisme primitif yang dikenal dengan bakteri (prokariotik).


b. Paleozoik (Kehidupan Kuno)
            Pada masa ini, diperkirakan mulai munculnya tumbuhan, invertebrata, dan hewan vertebrata pertama, masa ini terjadi sekitar 230 juta sampai dengan 600 juta tahun yang lalu. Beberapa jenis di antaranya masih tersisa hingga kini, di antaranya adalah kelompok Echinodermata, Arthropoda, dan Mollusca. Pada masa ini juga mulai hadirnya zaman karbon sehingga diduga mulai terjadi invasi tumbuhan di daratan.
            Selama zaman karbon ini, cuacanya sangat panas dan lembap. Di daratan banyak terdapat tumbuhan dan konifer. Jenis tumbuhan dan hewan pada masa inilah yang memberikan kita ketersediaan bahan bakar fosil pada masa sekarang.            Serangga juga diduga mulai mengisi daratan. Ukuran serangga yang hidup pada masa itu lebih besar dari serangga yang umum kita lihat saat ini. Selain itu, ikan pertama pun mulai muncul di laut.
c. Mesozoik (Zaman Reptilia)
            Zaman ini merupakan awal mula hadirnya tumbuhan berbunga, dinosaurus, burung, dan mamalia. Masa ini terjadi antara 60 sampai dengan 250 juta tahun yang lalu.
d. Senozoik (Zaman Mamalia)
            Pada masa ini mulai terjadi penyebaran makhluk hidup sehingga terjadi diversifikasi tumbuhan berbunga, serangga, burung dan mamalia. Selain itu, masa ini juga merupakan awal mula hadirnya manusia (sekitar 3 juta tahun yang lalu).





C.                Penciptaan Hewan dan Tumbuhan Menurut Alquran
            Didalam alquran begitu banyak ayat-ayat yang menceritakan asal mula terbentuknya kehidupan dimuka bumi ini. Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menurunkan air dari langit. Hal ini diperkuat dengan adanya ayat berikut:
وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.”. (QS`An Nahl ; 65).
            Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ?Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air.Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arsynya Allah.
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الأرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS  Al- Mu’minun ; 18 )
            Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلا يُؤْمِنُونَ
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga beriman “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Maksudnya : Kami telah menciptakan setiap hewan dari air, artinya didalamnya (hewan itu) ada kehidupan, seperti halnya firman Allah :

وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS Tha Ha ; 53)
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ

“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).

            Maksudnya, setiap hewan berasal dari nuthfah (air mani) dan dia adalah air dan tumbuh-tumbuhan tidaklah dapat tumbuh kecuali dengan air, dan ini sesuai dengan pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa setiap hewan diciptakan peratama kali di laut kemudian berpindah kepada beberapa jenis hewan di daratan lalu mereka dibentuk sesuai dengan tabiat daratan bersamaan dengan perjalanan waktu. Dan sebagaimana diketahui bahwa hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan sesungguhnya diciptakan dari air.
            Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi,  maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator.Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan asal-usul hewan ialah dari air.   Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah suatu yang padu.Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya……. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling. Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu ” menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kej<uasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (al-An’aam: 95-99)
            Anda lihat bagaimana Allah SWT memerintahkan kita untuk merenungkan pepohonan saat berbuah dan saat masak. Keluarnya buah dari perantara kayu dan daun mengandung ayat qudrah (kekuasaan) yang luar biasa. Kemudian dari yang awalnya pahit lagi masam menjadi berwarna cemerlang dan terang dengan rasa yang manis dan lezat juga benar-benar mengandung ayat bagi kaum yang beriman. Seorang salaf berkata, “Manusia harus keluar saat buah-buahan itu menjadi masak dan lalu merenungkannya.” Kemudian ia membaca firman-Nya
“Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.” (al-An’aam: 95-99)
Kita tidak sanggup memahami seluruh keajaiban yang terkandung dalam ayat-ayat Tuhan. Kita tidak mampu memahami secara sempurna bahwa ayat-ayat tersebut adalah bukti kalau Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa, bahwa tidak ada yang lebih agung, lebih lembut, dan lebih sempurna dari Dia. Akan tetapi, kalau tidak dapat mengetahui semuanya, kita tidak boleh enggan menyinggung sebagiannya agar dapat menjadi dalil untuk yang lain.



D.        Kesimpulan.
            Agama dan Sains Masing-masing memiliki kriteria dan metodenya Masing-masing.Agama berangkat dari pengalaman  iman (relasi personal antara  manusia  dan  Yang  Ilahi). Relasi  itu  menjadi  pengalaman batiniah/rohaniah yang mempengaruhi sikap dan tindakan. Iman akan adanya Allah (yang dialami secara rohaniah-personal) mendorong sikap takwa dan tindakan  beribadat,  melakukan perintah Allah dst. Tidak dituntut bukti inderawi. Pengalaman iman itu kemudian dirumuskan dalam bentuk ajaran.
            Sedangkan sains, memiliki kriteria ilmiah dan metode seperti yg sudah diungkapkan pada bagian Sebelumnya. Keduanya  tidak  perlu  dipertentangkan. Namun justru bisa saling melengkapi.









DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta,1991.
Jasin, Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Surabaya, PT. Bina Ilmu.
Aly, Abdullah, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi Aksara,1996.




                [1] Jasin, Maskoeri, Ilmu Alamiah Dasar, Surabaya, PT. Bina Ilmu, h. 95.

                [2] Ahmadi, H. Abu, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta,1991, h. 68-71

Ilmu Sebagai Pengetahuan Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Kebenaran Ilmiah

PENDAHULUAN
Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu tersebut sudah muncul pada awal perkembangannya. Manifestasi dari hasil ingin tahu tersebut berupa pertanyaan, apa ini apa itu?  yang selanjutnya berkembang menjadi mengapa demikian, dan bagaimana cara mengatasinya.
Hasrat manusia tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan. Dalam sejarah perkembangannya, manusia selalu berusaha memperoleh pengetahuan yang benar atau yang secara singkat dapat disebut sebagai kebenaran. Manusia senantiasa berusaha memahami, memperoleh, dan memanfaatkan kebenaran untuk kehidupannya. Tidak salah manusia dianggap sebagai pencari kebenaran.
Manusia dalam rangka mencari kebenaran diperlukan suatu pengetahuan, baik pengetahuan yang memang sudah ia miliki maupun pengetahuan yang ia perlukan untuk mencari kebenaran.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan ilmu agar kita dapat mengembangkan pengetahuan yang kita miliki menjadi sesuatu yang lebih dari pengetahuan saja, akan tetapi bisa menjadi ilmu maupun ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaat bagi kehidupan kita bersama. Akan tetapi untuk melakukan hal tersebut tidaklah mudah akan tetapi diperlukan lebih dari sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dalam makalah ini juga terdapat serangkaian metode yang diperlukan dalam ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan itu bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah dan akhirnya menjadi suatu kebenaran ilmiah yang dapat berguna  dan bisa memberikan penjelasan secara rinci, lengkap, dan runtut mengenai berbagai hal yang menjadi perhatian manusia.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengetahuan dan Ilmu
Menurut A. Susanto yang yang mengutip pendapat Suparlan suhartono, “Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang menjelaskan tentang  adanya sesuatu hal hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya.”[1] Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.
Sedangkan Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientiadidalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis ( natural ).[2] Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengetahuan mempunyai cakupan yang lebih luas dan umum dari pada ilmu. Oleh karena itu, keberadaan ilmu  dan pengetahuan tidak boleh dipisahkan, sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan. Ilmu membentuk daya intelegensi, yang melahirkan adanya skill atau keterampilan yang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku kehidupan manusia.
Menurut The liang Gie yang dikutip oleh A. Susanto dalam bukunya menjelaskan bahwa ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan metode tertentu.

B.        Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
            Pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan, menurut para ahli pengertiannya sebagai berikut :
1.      Ralph Ross and Ernest Van Den Haag dalam bukunya “The Fabric of Society” menulis bahwa science is empirical, rasional, general and cumulative and it is all four at once. Artinya ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif dan keempatnya serentak terpenuhi.
2.      Ashley Montagu dalam bukunya “The Cultured Man” menyebutkan bahwa science is a systematized knowledge services from observation, study and experimentation carried on order to determinate the nature or principles of whatbeing studied. Artinya ilmu pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengalaman, pembelajaran dan percobaan untuk menentukan hakikat yang sedang dipelajari.
3.      V. Afayanev dalam bukunya “Marxist Philosophy” menyatakan bahwa science is the systems of man’s knowledge on nature, society, and thought. It reflech the world in concepts, categories and laws, the correctness and truth of wich are verified by practical experience. Artinya ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dalam konsep, kategori-kategori dan hukum-hukum yang ketepatan dan kebenarannya dapat diuji dengan pengalaman praktis.
4.      Helmy A. Kotto menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, konsisten, dan berkesinambungan serta telah teruji kebenarannya dan dapat diandalkan kegunaannya bagi manusia.
5.      Dadang Ahmad, menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus-menerus sampai dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
C.        Metode Ilmiah dan Hubungannya dengan ilmu pengetahuan
Kata Metode berasal dari bahasa yunani, methodos berarti jalan, cara, arah. Metode dapat pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode ilmiah. Dengan demikian metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.[3]
Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas:
  1. Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
  2.  Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.
  3. Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.[4]
            Metode ilmiah adalah berbagai  prosedur yang mewujudkan pola pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan  dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih terinci.[5]
            Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah (Scientific Method) adalah metode atau cara tertentu dalam melakukan kajian untuk mendapatkan pengetahuan mengenai realitas dari sesuatu melalui jalan percobaan (eksperimen) atas sesuatu itu. Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan didapatkan dari metode ilmiah. Oleh karena itu tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu pengetahuan diperoleh harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode adalah cara untuk mengetahuai sesuatu dengan menempuh langkah-langkah yang sistematis. Metode ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah yang disebut epistemologi yaitu membahas bagaimana mendapatkan ilmu.
            Diantara berbagai prosedur pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dapat mengikuti tahapan berikut secara dinamis. Tahapan tersebut adalah minimal dimulai dari melakukan prediksi, konfirmasi, menyusun prinsip, hukum, melakukan hipotesis atau dugaan sementara, sehingga dengan menggabungkan tahapan perlakuan tersebut kita dapat menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut berdasarkan fakta terprediksi dan observasi atau penelitian untuk melahirkan fakta, sehingga akan menghasilkan fakta baru yang akan dirumuskan dalam bentuk karangka konsep teori baru. Metode penemuan teori baru tersebut biasanya juga menerapkan prinsip induksi atau deduksi atau bahkan penggabungan kedua konsep tersebut, tergantung kondisi dan situasi bagaimana konsep teori baru tersebut, oleh karena setiap cabang ilmu kontennya berbeda-beda
.Adapun kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :
1.      Berdasarkan fakta
            Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2.      Bebas dari prasangka
            Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3.      Menggunakan prinsip-prinsip analisa
            Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-akibat serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4.      Menggunakan hipotesis
            Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesis harus ada untuk melakukan dugaan sementara mengenai persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5.      Menggunakan ukuran objektif
            Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
6.      Menggunakan teknik kuantitatif
            Dalam memperlakukan data, maka ukuran kuantitatif harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan. Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya.
            Adapun konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
1. Perumusan Masalah
            Masalah adalah topik atau objek yang diteliti dengan batasan yang jelas serta dapat, diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka fikir
            Penyusunan kerangka fikir dalam mengajukan hipotesis, merupakan penggabungan hubungan berbagai faktor yang saling terkait. Secara epistemologis, kegiatan berpikir ilmiah meliputi suatu rangkai berpikir logis yang merupakan pengkajian sesuatu yang umum untuk menghasilkan yang khusus yang disebut logika berpikir deduktif. Berpikir ilmiah terangkai secara sistematis, dalam suatu kerangka yang terdiri dari: penalaran, logika, analitis, konseptual, dan kritis. Proses berpikir ilmiah terbangun oleh kerangka utama ini. Dengan demikian berpikir bisa dikategorikan sebagai ilmiah bila prosesnya mengikuti rangkaian kerangka tersebut.[6]
3. Perumusan Hipotesis
            Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan, disusun berdasarkan pengetahuan atau teori yang ada dan harus diuji kebenarannya dengan observasi ataupun eksperimentasi.
4. Pengujian Hipotesis
            Hipotesis adalah suatu keterangan yang bersifat sementara atau untuk keperluan pengujian yang diduga mungkin benar dan dipergunakan sebagai pangkal untuk penyelidikan lebih lanjut sampai diperoleh kepastian dengan pembuktian.[7]
            Pengujian hipotesis merupakan usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis dan kemudian diuji apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis yang diajukan.
5. Penarikan Kesimpulan
            Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian tersebut fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya kalau tidak terdapat fakta-fakta yang mendukung berati hipotesis ditolak. Hipotesis yang diterima sudah menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah, karena telah teruji kebenarannya.
            Menurut The liang gie unsur metode ilmiah dapat diperjelas menjadi beberapa bagan yaitu:
1.      Pola prosedural, meliputi pengamatan, percobaan, pengukuran, survei, deduksi, induksi, analisis, dll.
2.      Tata langkah, Seperti:
1.      Penentuan masalah
2.      Perumusan hipotesis (bila perlu)
3.      Pengumpulan data
4.      Penurunan kesimpulan pengujian hasil
3.      Berbagai tekhnik, seperti daftar pertanyaan, wawancara, perhitungan,dll.
4.      Aneka alat, meliputi timbangan, meteran, komputer, dll.[8]
`Maka dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara ilmu pengetahuan dan metode ilmiah yaitu dengan adanya metode ilmiah maka dapat mempermudah dalam melakukan konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan yang baik dan benar.
D.        Kebenaran Ilmiah
            Kebenran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, didalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda beda, tetapi saling bersesuaian.[9]
            Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia ( subjek yang mengetahui ) mengenai objek. Jadi kebenaran itu ada pada seberapa jauh subyek mempunyai pengetahuan mengenaiobjek. Sedangkan pengetahuan berasal mula dari banyak sumber. Sumber- sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.
·         Karakteristik Kebenaran Ilmiah
            Pembahasan berikut ini ditekankan pada makna ilmu sebagai produk. Sebagai produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik: a. sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas, e. verifiabilitas, dan f. komunalitas.
            Pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu bila pengetahuan tersebut tersusun secara sistematis. Dan apa yang tersusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan tersebut haruslah memiliki sifat keumuman (generality), artinya bahwa kebenaran yang terkandung didalamnya harus dapat berlaku secara umum atau luas jangkauannya.

            Ciri rasionalitas mengandung makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. Sedangkan ciri objektivitas menunjuk pada kesesuaian antara hal-hal yang rasional dengan realitas. Ciri verifiabilitas mempunyai arti bahwa kebenaran ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diuji ulang oleh setiap anggota masyarakat ilmuwan. Hal ini menunjuk bahwa kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak atau final. Adapun ciri terakhir dari kebenaran ilmiah yaitu komunalitas memiliki arti bahwa kebenaran ilmiah itu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum.
            Berbicara tentang karakteristik kebenaran ilmiah, Sonny Keraf A. dan Mikhael Dua (2001: 75), menyatakan bahwa kebenaran ilmiah mempunyai sekurang-kurangnya tiga sifat dasar, yaitu : rasional-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis). Hal itu berarti bahwa kebenaran ilmiah yang logis dan impiris itu pada akhirnya dapat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
·         Fungsi Kebenaran Ilmiah
            Semua kebenaran bermanfaat bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari kebenaran ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan dengan dengan gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.[10]
            Fungsi deskriptif menunjuk pada keharusan ilmu untuk bisa memberikan penjelasan secara rinci, lengkap, dan runtut mengenai berbagai hal yang menjadi perhatian manusia. Penjelasan tersebut bisa bersifat deskriptif, preskriptif, eksposisi pola, maupun rekonstruksi histories.

            Bila gejala-gejala yang ada di alam semesta dapat dijelaskan, maka selanjutnya dapat dilakukan prediksi atau membuat perkiraan-perkiraan tentang apa yang akan terjadi kemudian. Inilah fungsi kedua dari ilmu, yaitu fungsi prediktif. Atas dasar hasil prediksi, selanjutnya dapat dilakukan pengendalian, yaitu mencegah agar gejala-gejala yang tidak diinginkan tidak terjadi serta mendorong agar terjadi gejala-gejala yang dikehendaki.

















KESIMPULAN
            Menurut A. Susanto yang yang mengutip pendapat Suparlan suhartono, “Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang menjelaskan tentang  adanya sesuatu hal hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya.
            Sedangkan Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientiadidalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis ( natural ).
            Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
            Kata Metode berasal dari bahasa yunani, methodos berarti jalan, cara, arah. Metode dapat pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode ilmiah. Dengan demikian metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
            Metode ilmiah adalah berbagai  prosedur yang mewujudkan pola pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan  dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih terinci.



Adapun kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :
1.      Berdasarkan fakta
2.      Bebas dari prasangka
3.      Menggunakan prinsip-prinsip analisa
4.      Menggunakan hipotesis
5.      Menggunakan ukuran objektif
6.      Menggunakan teknik kuantitatif
            Adapun konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
1.      Perumusan Masalah
2.      Penyusunan kerangka fikir
3.      Perumusan Hipotesis
4.      Pengujian Hipotesis
5.      Penarikan Kesimpulan
            Kebenran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, didalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda beda, tetapi saling bersesuaian.
            Produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik: a. sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas, e. verifiabilitas, dan f. komunalitas.
            Semua kebenaran bermanfaat bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari kebenaran ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan dengan dengan gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010.
Jalaluddin, H. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Susanto, A. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.






                [1] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.76-77.
                [2] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 77.

                [3] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 84
            [4] https://file2shared.wordpress.com/ilmu-pengetahuan-metode-ilmiah-dan-penelitian-ilmiah/ , diakses pada 20 Maret 2015.
                [5] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), h. 117.
                [6] H. Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 109.
                [7] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), h. 116.
                [8] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), h. 118.

                [9] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 85-86.
                [10] https://ebekunt.wordpress.com/tag/kebenaran-ilmiah/, diakses pada 20 Maret 2014.