Senin, 06 April 2015

Ilmu Sebagai Pengetahuan Ilmiah, Metode Ilmiah, dan Kebenaran Ilmiah

PENDAHULUAN
Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu tersebut sudah muncul pada awal perkembangannya. Manifestasi dari hasil ingin tahu tersebut berupa pertanyaan, apa ini apa itu?  yang selanjutnya berkembang menjadi mengapa demikian, dan bagaimana cara mengatasinya.
Hasrat manusia tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan yang benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan. Dalam sejarah perkembangannya, manusia selalu berusaha memperoleh pengetahuan yang benar atau yang secara singkat dapat disebut sebagai kebenaran. Manusia senantiasa berusaha memahami, memperoleh, dan memanfaatkan kebenaran untuk kehidupannya. Tidak salah manusia dianggap sebagai pencari kebenaran.
Manusia dalam rangka mencari kebenaran diperlukan suatu pengetahuan, baik pengetahuan yang memang sudah ia miliki maupun pengetahuan yang ia perlukan untuk mencari kebenaran.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan ilmu agar kita dapat mengembangkan pengetahuan yang kita miliki menjadi sesuatu yang lebih dari pengetahuan saja, akan tetapi bisa menjadi ilmu maupun ilmu pengetahuan yang bisa bermanfaat bagi kehidupan kita bersama. Akan tetapi untuk melakukan hal tersebut tidaklah mudah akan tetapi diperlukan lebih dari sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dalam makalah ini juga terdapat serangkaian metode yang diperlukan dalam ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan itu bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang ilmiah dan akhirnya menjadi suatu kebenaran ilmiah yang dapat berguna  dan bisa memberikan penjelasan secara rinci, lengkap, dan runtut mengenai berbagai hal yang menjadi perhatian manusia.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pengetahuan dan Ilmu
Menurut A. Susanto yang yang mengutip pendapat Suparlan suhartono, “Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang menjelaskan tentang  adanya sesuatu hal hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya.”[1] Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.
Sedangkan Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientiadidalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis ( natural ).[2] Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengetahuan mempunyai cakupan yang lebih luas dan umum dari pada ilmu. Oleh karena itu, keberadaan ilmu  dan pengetahuan tidak boleh dipisahkan, sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan. Ilmu membentuk daya intelegensi, yang melahirkan adanya skill atau keterampilan yang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan yang kemudian melahirkan tingkah laku kehidupan manusia.
Menurut The liang Gie yang dikutip oleh A. Susanto dalam bukunya menjelaskan bahwa ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan metode tertentu.

B.        Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
            Pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan, menurut para ahli pengertiannya sebagai berikut :
1.      Ralph Ross and Ernest Van Den Haag dalam bukunya “The Fabric of Society” menulis bahwa science is empirical, rasional, general and cumulative and it is all four at once. Artinya ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif dan keempatnya serentak terpenuhi.
2.      Ashley Montagu dalam bukunya “The Cultured Man” menyebutkan bahwa science is a systematized knowledge services from observation, study and experimentation carried on order to determinate the nature or principles of whatbeing studied. Artinya ilmu pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengalaman, pembelajaran dan percobaan untuk menentukan hakikat yang sedang dipelajari.
3.      V. Afayanev dalam bukunya “Marxist Philosophy” menyatakan bahwa science is the systems of man’s knowledge on nature, society, and thought. It reflech the world in concepts, categories and laws, the correctness and truth of wich are verified by practical experience. Artinya ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dalam konsep, kategori-kategori dan hukum-hukum yang ketepatan dan kebenarannya dapat diuji dengan pengalaman praktis.
4.      Helmy A. Kotto menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, konsisten, dan berkesinambungan serta telah teruji kebenarannya dan dapat diandalkan kegunaannya bagi manusia.
5.      Dadang Ahmad, menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan (konstruksi) yang terus-menerus sampai dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
C.        Metode Ilmiah dan Hubungannya dengan ilmu pengetahuan
Kata Metode berasal dari bahasa yunani, methodos berarti jalan, cara, arah. Metode dapat pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode ilmiah. Dengan demikian metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.[3]
Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas:
  1. Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
  2.  Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.
  3. Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.[4]
            Metode ilmiah adalah berbagai  prosedur yang mewujudkan pola pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan  dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih terinci.[5]
            Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah (Scientific Method) adalah metode atau cara tertentu dalam melakukan kajian untuk mendapatkan pengetahuan mengenai realitas dari sesuatu melalui jalan percobaan (eksperimen) atas sesuatu itu. Metode ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan didapatkan dari metode ilmiah. Oleh karena itu tidak semua pengetahuan disebut ilmu, sebab ilmu pengetahuan diperoleh harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang disebut metode ilmiah. Metode adalah cara untuk mengetahuai sesuatu dengan menempuh langkah-langkah yang sistematis. Metode ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah yang disebut epistemologi yaitu membahas bagaimana mendapatkan ilmu.
            Diantara berbagai prosedur pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dapat mengikuti tahapan berikut secara dinamis. Tahapan tersebut adalah minimal dimulai dari melakukan prediksi, konfirmasi, menyusun prinsip, hukum, melakukan hipotesis atau dugaan sementara, sehingga dengan menggabungkan tahapan perlakuan tersebut kita dapat menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut berdasarkan fakta terprediksi dan observasi atau penelitian untuk melahirkan fakta, sehingga akan menghasilkan fakta baru yang akan dirumuskan dalam bentuk karangka konsep teori baru. Metode penemuan teori baru tersebut biasanya juga menerapkan prinsip induksi atau deduksi atau bahkan penggabungan kedua konsep tersebut, tergantung kondisi dan situasi bagaimana konsep teori baru tersebut, oleh karena setiap cabang ilmu kontennya berbeda-beda
.Adapun kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :
1.      Berdasarkan fakta
            Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2.      Bebas dari prasangka
            Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3.      Menggunakan prinsip-prinsip analisa
            Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-akibat serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4.      Menggunakan hipotesis
            Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesis harus ada untuk melakukan dugaan sementara mengenai persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5.      Menggunakan ukuran objektif
            Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
6.      Menggunakan teknik kuantitatif
            Dalam memperlakukan data, maka ukuran kuantitatif harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan. Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya.
            Adapun konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
1. Perumusan Masalah
            Masalah adalah topik atau objek yang diteliti dengan batasan yang jelas serta dapat, diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Penyusunan kerangka fikir
            Penyusunan kerangka fikir dalam mengajukan hipotesis, merupakan penggabungan hubungan berbagai faktor yang saling terkait. Secara epistemologis, kegiatan berpikir ilmiah meliputi suatu rangkai berpikir logis yang merupakan pengkajian sesuatu yang umum untuk menghasilkan yang khusus yang disebut logika berpikir deduktif. Berpikir ilmiah terangkai secara sistematis, dalam suatu kerangka yang terdiri dari: penalaran, logika, analitis, konseptual, dan kritis. Proses berpikir ilmiah terbangun oleh kerangka utama ini. Dengan demikian berpikir bisa dikategorikan sebagai ilmiah bila prosesnya mengikuti rangkaian kerangka tersebut.[6]
3. Perumusan Hipotesis
            Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan, disusun berdasarkan pengetahuan atau teori yang ada dan harus diuji kebenarannya dengan observasi ataupun eksperimentasi.
4. Pengujian Hipotesis
            Hipotesis adalah suatu keterangan yang bersifat sementara atau untuk keperluan pengujian yang diduga mungkin benar dan dipergunakan sebagai pangkal untuk penyelidikan lebih lanjut sampai diperoleh kepastian dengan pembuktian.[7]
            Pengujian hipotesis merupakan usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis dan kemudian diuji apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis yang diajukan.
5. Penarikan Kesimpulan
            Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian tersebut fakta yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya kalau tidak terdapat fakta-fakta yang mendukung berati hipotesis ditolak. Hipotesis yang diterima sudah menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah, karena telah teruji kebenarannya.
            Menurut The liang gie unsur metode ilmiah dapat diperjelas menjadi beberapa bagan yaitu:
1.      Pola prosedural, meliputi pengamatan, percobaan, pengukuran, survei, deduksi, induksi, analisis, dll.
2.      Tata langkah, Seperti:
1.      Penentuan masalah
2.      Perumusan hipotesis (bila perlu)
3.      Pengumpulan data
4.      Penurunan kesimpulan pengujian hasil
3.      Berbagai tekhnik, seperti daftar pertanyaan, wawancara, perhitungan,dll.
4.      Aneka alat, meliputi timbangan, meteran, komputer, dll.[8]
`Maka dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara ilmu pengetahuan dan metode ilmiah yaitu dengan adanya metode ilmiah maka dapat mempermudah dalam melakukan konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan yang baik dan benar.
D.        Kebenaran Ilmiah
            Kebenran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, didalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda beda, tetapi saling bersesuaian.[9]
            Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia ( subjek yang mengetahui ) mengenai objek. Jadi kebenaran itu ada pada seberapa jauh subyek mempunyai pengetahuan mengenaiobjek. Sedangkan pengetahuan berasal mula dari banyak sumber. Sumber- sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.
·         Karakteristik Kebenaran Ilmiah
            Pembahasan berikut ini ditekankan pada makna ilmu sebagai produk. Sebagai produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik: a. sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas, e. verifiabilitas, dan f. komunalitas.
            Pengetahuan dapat digolongkan sebagai ilmu bila pengetahuan tersebut tersusun secara sistematis. Dan apa yang tersusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan tersebut haruslah memiliki sifat keumuman (generality), artinya bahwa kebenaran yang terkandung didalamnya harus dapat berlaku secara umum atau luas jangkauannya.

            Ciri rasionalitas mengandung makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika. Sedangkan ciri objektivitas menunjuk pada kesesuaian antara hal-hal yang rasional dengan realitas. Ciri verifiabilitas mempunyai arti bahwa kebenaran ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diuji ulang oleh setiap anggota masyarakat ilmuwan. Hal ini menunjuk bahwa kebenaran ilmiah tidak bersifat mutlak atau final. Adapun ciri terakhir dari kebenaran ilmiah yaitu komunalitas memiliki arti bahwa kebenaran ilmiah itu merupakan pengetahuan yang menjadi milik umum.
            Berbicara tentang karakteristik kebenaran ilmiah, Sonny Keraf A. dan Mikhael Dua (2001: 75), menyatakan bahwa kebenaran ilmiah mempunyai sekurang-kurangnya tiga sifat dasar, yaitu : rasional-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis). Hal itu berarti bahwa kebenaran ilmiah yang logis dan impiris itu pada akhirnya dapat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
·         Fungsi Kebenaran Ilmiah
            Semua kebenaran bermanfaat bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari kebenaran ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan dengan dengan gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.[10]
            Fungsi deskriptif menunjuk pada keharusan ilmu untuk bisa memberikan penjelasan secara rinci, lengkap, dan runtut mengenai berbagai hal yang menjadi perhatian manusia. Penjelasan tersebut bisa bersifat deskriptif, preskriptif, eksposisi pola, maupun rekonstruksi histories.

            Bila gejala-gejala yang ada di alam semesta dapat dijelaskan, maka selanjutnya dapat dilakukan prediksi atau membuat perkiraan-perkiraan tentang apa yang akan terjadi kemudian. Inilah fungsi kedua dari ilmu, yaitu fungsi prediktif. Atas dasar hasil prediksi, selanjutnya dapat dilakukan pengendalian, yaitu mencegah agar gejala-gejala yang tidak diinginkan tidak terjadi serta mendorong agar terjadi gejala-gejala yang dikehendaki.

















KESIMPULAN
            Menurut A. Susanto yang yang mengutip pendapat Suparlan suhartono, “Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang menjelaskan tentang  adanya sesuatu hal hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya.
            Sedangkan Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientiadidalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis ( natural ).
            Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.
            Kata Metode berasal dari bahasa yunani, methodos berarti jalan, cara, arah. Metode dapat pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode ilmiah. Dengan demikian metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
            Metode ilmiah adalah berbagai  prosedur yang mewujudkan pola pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah. Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan  dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih terinci.



Adapun kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :
1.      Berdasarkan fakta
2.      Bebas dari prasangka
3.      Menggunakan prinsip-prinsip analisa
4.      Menggunakan hipotesis
5.      Menggunakan ukuran objektif
6.      Menggunakan teknik kuantitatif
            Adapun konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode ilmiah (scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
1.      Perumusan Masalah
2.      Penyusunan kerangka fikir
3.      Perumusan Hipotesis
4.      Pengujian Hipotesis
5.      Penarikan Kesimpulan
            Kebenran ilmiah maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, didalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda beda, tetapi saling bersesuaian.
            Produk ilmu tidak lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik: a. sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas, e. verifiabilitas, dan f. komunalitas.
            Semua kebenaran bermanfaat bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari kebenaran ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan dengan dengan gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010.
Jalaluddin, H. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Susanto, A. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.






                [1] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h.76-77.
                [2] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 77.

                [3] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 84
            [4] https://file2shared.wordpress.com/ilmu-pengetahuan-metode-ilmiah-dan-penelitian-ilmiah/ , diakses pada 20 Maret 2015.
                [5] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), h. 117.
                [6] H. Jalaluddin, Filsafat Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 109.
                [7] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), h. 116.
                [8] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2010), h. 118.

                [9] A. Susanto, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 85-86.
                [10] https://ebekunt.wordpress.com/tag/kebenaran-ilmiah/, diakses pada 20 Maret 2014.

1 komentar:

  1. Bet of the Day offers at Bet of the Day - Hong Kong FC
    The 숫자 야구 필승법 Bet w88 mobile of w88 the Day offers at Bet of 바카라사이트 the Day offers at Bet of the Day. All the latest news, nextbet photos, videos, stats, odds,

    BalasHapus