PENDAHULUAN
Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu itu tersebut sudah muncul pada awal perkembangannya. Manifestasi dari
hasil ingin tahu tersebut berupa pertanyaan, apa ini apa itu? yang selanjutnya berkembang menjadi mengapa
demikian, dan bagaimana cara mengatasinya.
Hasrat manusia tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan yang
benar mengenai hal-hal yang dipertanyakan. Dalam sejarah perkembangannya, manusia
selalu berusaha memperoleh pengetahuan yang benar atau yang secara singkat
dapat disebut sebagai kebenaran. Manusia senantiasa berusaha memahami,
memperoleh, dan memanfaatkan kebenaran untuk kehidupannya. Tidak salah manusia
dianggap sebagai pencari kebenaran.
Manusia dalam rangka mencari kebenaran diperlukan suatu pengetahuan, baik
pengetahuan yang memang sudah ia miliki maupun pengetahuan yang ia perlukan
untuk mencari kebenaran.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pengetahuan dan ilmu agar kita
dapat mengembangkan pengetahuan yang kita miliki menjadi sesuatu yang lebih
dari pengetahuan saja, akan tetapi bisa menjadi ilmu maupun ilmu pengetahuan
yang bisa bermanfaat bagi kehidupan kita bersama. Akan tetapi untuk melakukan
hal tersebut tidaklah mudah akan tetapi diperlukan lebih dari sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dalam makalah ini juga terdapat serangkaian metode yang diperlukan
dalam ilmu pengetahuan sehingga ilmu pengetahuan itu bisa dikatakan sebagai
pengetahuan yang ilmiah dan akhirnya menjadi suatu kebenaran ilmiah yang dapat
berguna dan bisa memberikan penjelasan secara rinci, lengkap, dan runtut mengenai
berbagai hal yang menjadi perhatian manusia.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengetahuan dan Ilmu
Menurut A. Susanto yang yang mengutip pendapat Suparlan suhartono, “Pengetahuan
(knowledge) adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya sesuatu hal hal yang diperoleh secara
biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan
sebagainya.”[1]
Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan
berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang
dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.
Sedangkan Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientiadidalamnya
terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis,
ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat
fisis ( natural ).[2]
Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa pengetahuan mempunyai cakupan yang lebih luas dan umum
dari pada ilmu. Oleh karena itu, keberadaan ilmu dan pengetahuan tidak boleh dipisahkan, sama
pentingnya bagi hidup dan kehidupan. Ilmu membentuk daya intelegensi, yang
melahirkan adanya skill atau keterampilan yang bisa memenuhi tuntutan kebutuhan
sehari-hari. Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas keilmuan yang
kemudian melahirkan tingkah laku kehidupan manusia.
Menurut The liang Gie yang dikutip oleh A. Susanto dalam bukunya
menjelaskan bahwa ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode merupakan
satu kesatuan yang saling berkaitan. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia
yang dilaksanakan dengan metode tertentu.
B. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun
secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi
ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari
kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya
agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan
setepat-tepatnya.
Pengetahuan ilmiah
atau ilmu pengetahuan, menurut para ahli pengertiannya sebagai berikut :
1.
Ralph
Ross and Ernest Van Den Haag dalam bukunya “The Fabric of Society” menulis
bahwa science is empirical, rasional, general and cumulative and it is all four
at once. Artinya ilmu memiliki kriteria empiris, rasional, umum, kumulatif dan
keempatnya serentak terpenuhi.
2.
Ashley
Montagu dalam bukunya “The Cultured Man” menyebutkan bahwa science is a
systematized knowledge services from observation, study and experimentation
carried on order to determinate the nature or principles of whatbeing studied.
Artinya ilmu pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari
pengalaman, pembelajaran dan percobaan untuk menentukan hakikat yang sedang
dipelajari.
3.
V.
Afayanev dalam bukunya “Marxist Philosophy” menyatakan bahwa science is the
systems of man’s knowledge on nature, society, and thought. It reflech the
world in concepts, categories and laws, the correctness and truth of wich are
verified by practical experience. Artinya ilmu pengetahuan adalah pengetahuan
manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia mencerminkan alam dalam
konsep, kategori-kategori dan hukum-hukum yang ketepatan dan kebenarannya dapat
diuji dengan pengalaman praktis.
4.
Helmy
A. Kotto menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematik, konsisten, dan berkesinambungan serta telah teruji
kebenarannya dan dapat diandalkan kegunaannya bagi manusia.
5.
Dadang
Ahmad, menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan
(konstruksi) yang terus-menerus sampai dapat menjelaskan fenomena dan
keberadaan alam itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati
dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari istemologepi.
C. Metode Ilmiah dan
Hubungannya dengan ilmu pengetahuan
Kata Metode berasal dari bahasa yunani, methodos berarti jalan,
cara, arah. Metode dapat pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode
ilmiah. Dengan demikian metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut
aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas dapat terlaksana secara rasional
dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.[3]
Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan
metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha menemukan
kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah
tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu
merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten).
Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat
dibedakan atas:
- Ilmu Pengetahuan
Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini
diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena
empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi,
antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
- Ilmu
Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu
ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara
konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal,
matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.
- Ilmu Pengetahuan
Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan
filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran,
spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat
prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.[4]
Metode ilmiah
adalah berbagai prosedur yang mewujudkan
pola pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah.
Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan dengan cara-cara operasional dan tehnis yang
lebih terinci.[5]
Menurut Almadk
(1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975)
berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk
memperoleh sesuatu interelasi.”.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode ilmiah (Scientific Method) adalah metode atau cara
tertentu dalam melakukan kajian untuk mendapatkan pengetahuan mengenai realitas
dari sesuatu melalui jalan percobaan (eksperimen) atas sesuatu itu. Metode
ilmiah merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan
didapatkan dari metode ilmiah. Oleh karena itu tidak semua pengetahuan disebut
ilmu, sebab ilmu pengetahuan diperoleh harus memenuhi syarat-syarat tertentu
yang disebut metode ilmiah. Metode adalah cara untuk mengetahuai sesuatu dengan
menempuh langkah-langkah yang sistematis. Metode ilmiah merupakan pengkajian
dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah yang disebut
epistemologi yaitu membahas bagaimana mendapatkan ilmu.
Diantara berbagai
prosedur pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dapat mengikuti tahapan
berikut secara dinamis. Tahapan tersebut adalah minimal dimulai dari melakukan
prediksi, konfirmasi, menyusun prinsip, hukum, melakukan hipotesis atau dugaan
sementara, sehingga dengan menggabungkan tahapan perlakuan tersebut kita dapat
menarik kesimpulan. Kesimpulan tersebut berdasarkan fakta terprediksi dan
observasi atau penelitian untuk melahirkan fakta, sehingga akan menghasilkan
fakta baru yang akan dirumuskan dalam bentuk karangka konsep teori baru. Metode
penemuan teori baru tersebut biasanya juga menerapkan prinsip induksi atau
deduksi atau bahkan penggabungan kedua konsep tersebut, tergantung kondisi dan
situasi bagaimana konsep teori baru tersebut, oleh karena setiap cabang ilmu
kontennya berbeda-beda
.Adapun kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :
1.
Berdasarkan
fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang
dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau
kegiatan sejenis.
2.
Bebas
dari prasangka
Metode ilmiah
harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan
subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang
lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3.
Menggunakan
prinsip-prinsip analisa
Dalam memahami
serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip
analisa. Semua masalah harus dicari sebab-akibat serta pemecahannya dengan
menggunakan analisa yang logis. Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian
harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4.
Menggunakan
hipotesis
Dalam metode
ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan
analisa. Hipotesis harus ada untuk melakukan dugaan sementara mengenai
persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai
sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat.
Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5.
Menggunakan
ukuran objektif
Kerja penelitian
dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh
dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus
dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
6.
Menggunakan
teknik kuantitatif
Dalam
memperlakukan data, maka ukuran kuantitatif harus digunakan, kecuali untuk
atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan. Ukuran-ukuran seperti ton,
mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan. Jauhi
ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang
rokok, dan sebagainya.
Adapun konstruksi
atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode ilmiah
(scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
1. Perumusan Masalah
Masalah adalah topik atau objek yang diteliti dengan
batasan yang jelas serta dapat, diidentifikasi faktor-faktor yang terkait di
dalamnya.
2. Penyusunan kerangka fikir
Penyusunan
kerangka fikir dalam mengajukan hipotesis, merupakan penggabungan hubungan
berbagai faktor yang saling terkait. Secara epistemologis, kegiatan berpikir
ilmiah meliputi suatu rangkai berpikir logis yang merupakan pengkajian sesuatu
yang umum untuk menghasilkan yang khusus yang disebut logika berpikir deduktif.
Berpikir ilmiah terangkai secara sistematis, dalam suatu kerangka yang terdiri
dari: penalaran, logika, analitis, konseptual, dan kritis. Proses
berpikir ilmiah terbangun oleh kerangka utama ini. Dengan demikian berpikir
bisa dikategorikan sebagai ilmiah bila prosesnya mengikuti rangkaian kerangka
tersebut.[6]
3. Perumusan Hipotesis
Hipotesis
merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara tentang masalah
yang ditetapkan, disusun berdasarkan pengetahuan atau teori yang ada dan harus
diuji kebenarannya dengan observasi ataupun eksperimentasi.
4. Pengujian Hipotesis
Hipotesis adalah
suatu keterangan yang bersifat sementara atau untuk keperluan pengujian yang
diduga mungkin benar dan dipergunakan sebagai pangkal untuk penyelidikan lebih
lanjut sampai diperoleh kepastian dengan pembuktian.[7]
Pengujian hipotesis
merupakan usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis dan
kemudian diuji apakah fakta-fakta tersebut mendukung hipotesis yang diajukan.
5. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil
berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak. Sekiranya dalam pengujian tersebut fakta yang cukup
mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya kalau tidak terdapat
fakta-fakta yang mendukung berati hipotesis ditolak. Hipotesis yang diterima
sudah menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah, yakni mempunyai kerangka
penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah, karena telah teruji
kebenarannya.
Menurut The liang
gie unsur metode ilmiah dapat diperjelas menjadi beberapa bagan yaitu:
1.
Pola
prosedural, meliputi pengamatan, percobaan, pengukuran, survei, deduksi,
induksi, analisis, dll.
2.
Tata
langkah, Seperti:
1.
Penentuan
masalah
2.
Perumusan
hipotesis (bila perlu)
3.
Pengumpulan
data
4.
Penurunan
kesimpulan pengujian hasil
3.
Berbagai
tekhnik, seperti daftar pertanyaan, wawancara, perhitungan,dll.
4.
Aneka
alat, meliputi timbangan, meteran, komputer, dll.[8]
`Maka dari penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara ilmu pengetahuan dan metode ilmiah yaitu dengan adanya metode
ilmiah maka dapat mempermudah dalam melakukan konstruksi atau pembentukan ilmu
pengetahuan yang baik dan benar.
D. Kebenaran Ilmiah
Kebenran ilmiah
maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut
norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, didalamnya
terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda beda, tetapi
saling bersesuaian.[9]
Adanya kebenaran
itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia ( subjek yang mengetahui )
mengenai objek. Jadi kebenaran itu ada pada seberapa jauh subyek mempunyai
pengetahuan mengenaiobjek. Sedangkan pengetahuan berasal mula dari banyak
sumber. Sumber- sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran
kebenaran.
·
Karakteristik
Kebenaran Ilmiah
Pembahasan berikut
ini ditekankan pada makna ilmu sebagai produk. Sebagai produk ilmu tidak lain
adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik: a.
sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas, e.
verifiabilitas, dan f. komunalitas.
Pengetahuan dapat
digolongkan sebagai ilmu bila pengetahuan tersebut tersusun secara sistematis.
Dan apa yang tersusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan tersebut
haruslah memiliki sifat keumuman (generality), artinya bahwa kebenaran yang
terkandung didalamnya harus dapat berlaku secara umum atau luas jangkauannya.
Ciri rasionalitas
mengandung makna bahwa kebenaran ilmiah bersumber pada pemikiran rasional yang
mematuhi kaidah-kaidah logika. Sedangkan ciri objektivitas menunjuk pada
kesesuaian antara hal-hal yang rasional dengan realitas. Ciri verifiabilitas
mempunyai arti bahwa kebenaran ilmiah harus dapat diperiksa kebenarannya, diuji
ulang oleh setiap anggota masyarakat ilmuwan. Hal ini menunjuk bahwa kebenaran
ilmiah tidak bersifat mutlak atau final. Adapun ciri terakhir dari kebenaran
ilmiah yaitu komunalitas memiliki arti bahwa kebenaran ilmiah itu merupakan
pengetahuan yang menjadi milik umum.
Berbicara tentang
karakteristik kebenaran ilmiah, Sonny Keraf A. dan Mikhael Dua (2001: 75),
menyatakan bahwa kebenaran ilmiah mempunyai sekurang-kurangnya tiga sifat
dasar, yaitu : rasional-logis, isi empiris, dan dapat diterapkan (pragmatis).
Hal itu berarti bahwa kebenaran ilmiah yang logis dan impiris itu pada akhirnya
dapat diterapkan dan digunakan bagi kehidupan manusia.
·
Fungsi
Kebenaran Ilmiah
Semua kebenaran
bermanfaat bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari
kebenaran ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan
dengan dengan gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.[10]
Fungsi deskriptif
menunjuk pada keharusan ilmu untuk bisa memberikan penjelasan secara rinci,
lengkap, dan runtut mengenai berbagai hal yang menjadi perhatian manusia.
Penjelasan tersebut bisa bersifat deskriptif, preskriptif, eksposisi pola,
maupun rekonstruksi histories.
Bila gejala-gejala
yang ada di alam semesta dapat dijelaskan, maka selanjutnya dapat dilakukan
prediksi atau membuat perkiraan-perkiraan tentang apa yang akan terjadi
kemudian. Inilah fungsi kedua dari ilmu, yaitu fungsi prediktif. Atas dasar
hasil prediksi, selanjutnya dapat dilakukan pengendalian, yaitu mencegah agar
gejala-gejala yang tidak diinginkan tidak terjadi serta mendorong agar terjadi
gejala-gejala yang dikehendaki.
KESIMPULAN
Menurut A. Susanto
yang yang mengutip pendapat Suparlan suhartono, “Pengetahuan (knowledge) adalah
sesuatu yang menjelaskan tentang adanya
sesuatu hal hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman,
kesadaran, informasi, dan sebagainya.
Sedangkan Ilmu
(sains) berasal dari Bahasa Latin scientiadidalamnya terkandung adanya
pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis, ilmiah dan mencakup
kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih bersifat fisis ( natural ).
Ilmu pengetahuan
ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis,
sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka
pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan)
dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar
pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan
setepat-tepatnya.
Kata Metode
berasal dari bahasa yunani, methodos berarti jalan, cara, arah. Metode dapat
pula diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode ilmiah. Dengan demikian
metode dapat pula diartikan cara bertindak menurut aturan tertentu dengan
tujuan agar aktivitas dapat terlaksana secara rasional dan terarah supaya dapat
mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Metode ilmiah
adalah berbagai prosedur yang mewujudkan
pola pola-pola dan tata langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah.
Pola dan tata langkah prosedural itu dilaksanakan dengan dengan cara-cara operasional dan tehnis yang
lebih terinci.
Adapun kriteria dari metode ilmiah sebagai berikut :
1.
Berdasarkan
fakta
2.
Bebas
dari prasangka
3.
Menggunakan
prinsip-prinsip analisa
4.
Menggunakan
hipotesis
5.
Menggunakan
ukuran objektif
6.
Menggunakan
teknik kuantitatif
Adapun konstruksi
atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah metode ilmiah
(scientific method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut:
1.
Perumusan
Masalah
2.
Penyusunan
kerangka fikir
3.
Perumusan
Hipotesis
4.
Pengujian
Hipotesis
5.
Penarikan
Kesimpulan
Kebenran ilmiah
maksudnya adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut
norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, didalamnya
terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda beda, tetapi
saling bersesuaian.
Produk ilmu tidak
lain adalah pengetahuan atau kebenaran ilmiah yang memiliki karakteristik: a.
sistematisasi, b. keumuman, c. rasionalitas, d. objektivitas, e.
verifiabilitas, dan f. komunalitas.
Semua kebenaran
bermanfaat bagi manusia demikian juga dengan kebenaran ilmiah. Fungsi dari
kebenaran ilmiah adalah : deskriptif, prediktif, dan pengendalian berkenaan
dengan dengan gejala-gejala yang ada dalam dunia pengalaman manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Gie, The Liang. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 2010.
https://ebekunt.wordpress.com/tag/kebenaran-ilmiah/, diakses pada 20 Maret 2014.
https://file2shared.wordpress.com/ilmu-pengetahuan-metode-ilmiah-dan-penelitian-ilmiah/, diakses pada 20 Maret 2015.
Jalaluddin, H. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013.
Susanto, A. Filsafat Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
[4] https://file2shared.wordpress.com/ilmu-pengetahuan-metode-ilmiah-dan-penelitian-ilmiah/ ,
diakses pada 20 Maret 2015.
Bet of the Day offers at Bet of the Day - Hong Kong FC
BalasHapusThe 숫자 야구 필승법 Bet w88 mobile of w88 the Day offers at Bet of 바카라사이트 the Day offers at Bet of the Day. All the latest news, nextbet photos, videos, stats, odds,